Jumat, 03 Mei 2013

STRUKTUR KURIKULUM (INTI DAN MUATAN LOKAL)


STRUKTUR KURIKULUM (INTI DAN MUATAN LOKAL)
A.    Pengertian Muatan Lokal
Pelakasanaan kurikulum yang disempurnakan haruslah berorientasi lingkungan, yaitu dengan cara melaksanakan program muatan lokal. Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi media penyimpanannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, serta lingkungan budaya dan kebutuhan daerah, sedangkan anak didik di daerah itu itu wajib mempelajarinya. Dengan demikian, kita harus benar-benar memperhatikan karakteristik lingkungan daerah dan juga kebutuhan daerah tersebut dalam proses perencanaan kurikulum.Lingkungan alam adalah lingkungan alamiah yang ada di sekitar kehidupan kita, berupa benda-benda mati yang terbagi dalam empat kelompok lingkungan, yaitu: (1) pantai, (2) dataran rendah termasuk didalamnya daerah aliran sungai, (3) dataran tinggi, dan (4) pegunungan atau gunung.Dengan kata lain, lingkungan alam adalah lingkungan hidup dan tidak hidup tempat makhluk hidup tinggal dan membentuk ekosistem. Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan dimana terjadi interaksi orang peorang dengan kelompok sosial atau sebaliknya, dan antara kelompok sosial dan kelompok lain. Pendidikan sebagai lembaga sosial dalam system sosial dilaksanakan di sekolah, keluarga, dan masyarakat, itu perlu dikembangkan di daerah masing-masing. Penjelasan PP No.28/1990 menunjukan perlunya perencanaan kurikulim lokal yang bermuara pada hal yang bekaitan dengan tujuan pendidikan nasional dan pembangunan bangsa. Selanjutnya,lingkungan budaya adalah daerah dalam pola kehidupan masyarakat yang berbentuk bahasa daerah, serta tatacara dan tatakrama khas daerah. Lingkungan sosial dalam pola kehidupan daerah berbentuk lembaga-lembaga masyarakat dengan peratutan-peraturan yang ada berlaku didaerah itu dimana sekolah dan peserta didik berada. Sebagai contoh,lembaga-lembaga yang ada dimasyarakat adalah Kelurahan, RT, RW, LKMD, KUD, Puskesmas, Posyandu, Majelis Taklim, dan remaja masjid, serta peraturan-peraturan yang berlaku, misalnya tata cara dalam pelaporan tamu pada kelurahan, Peraturan kependudukan, dan tata cara mengajukan permohonan untuk kunjungan.

B.    Tujuan Pelaksanaan Program Muatan Lokal
Muatan lokal diberikan dalam rangka pengenalan pemahaman dan pewarisan nilai karakteristik daerah kepada peserta didik. Rapat Kerja Nasional tentang pendidikan telah menggariskan secara kurikuler bahwa program muatan lokal dimasukkan dalam kurikulum. Alokasi waktu untuk melaksanakan program muatan lokal maksimal sebanyak 20% dari keseluruhan program kurikulum yang berlaku.
Pemberian alokasi waktu yang maksimal 20% ini penting karena kita harus memelihara hubungan akrab antara peserta didik dengan lingkungannya, serta adanya usaha pewarisan dan pemeliharaan sifat khusus berupa diselenggarakannya pendidikan yang dapat mengenalkan dan menemukan sedini mungkin maksud tersebut. Oleh karena itu, kurikulum sekolah harus diorientasikan kepada lingkungan daerah setempat. Dengan kata lain, sekolah harus dapat memanfaatkan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.
Pemanfaatan lingkungan alam,sosial,dan budaya suatu daerah sebagai sumber belajar atau sebagai bahan pengajaran mempermudah peserta didik dalam memahaminya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ausuebel (1969) bahwa penyampaian bahan kepada siswa harus diawali dengan pengenalan tentang apa yang ada disekitarnya. Jadi, peserta didik akan memiliki pemahaman dan juga wawasan yang mantap tentang lingkungan sekitar/daerahnya. Bagaimanapun, bukan berarti hal ini akan membatasi upaya peserta didik untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksanaan muatan lokal selain dimaksudkan untuk mempertahankan kelestarian, juga untuk melakukan usaha pembaruan atau modernisasi. Selain itu, pelaksanaan muatan lokal juga bermaksud untuk mengembangkan sumber daya manusia yang ada di daerah itu sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan daerah, sekaligus mencegah terjadinya depopulasi
(pengurangan / penyusutan penduduk) daerah itu dari tenaga produktif. Secara ringkas,dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program muatan lokal bertujuan :
a. Tujuan langsung
1. bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid;
2. sumber belajar didaerah, dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan;
3. murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan disekitarnya;
4. murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya yang terdapat didaerahnya.

b. tujuan tak langsung
1. murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya;
2. murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya;
3. murid menjadi akrab dengan lingkungan sendiri.
Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, besar kemungkinan murid dapat mengamati dan melakukan percobaan kegiatan belajar sendiri. Belajar mencari, mengolah, menemukan informasi sendiri, dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang ada dilingkungannya merupakan pola dasar dari belajar. Belajar tentang lingkungan mempunyai daya tarik tersendiri bagi seorang anak. Jean Piaget (1958) mengatakan bahwa makin banyak seorang anak melihat dan mendengar, makin ingin ia melihat dan mendengar. Lingkungan secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap cara belajar seseorang.menegaskan bahwa lingkungan zsebagai kondisi,daya,dan dorongan eksternal dapat memberikan suatu situasi kerja disekitar murid.Karena itu,lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya untuk membentuk dan memberi kekuatan atau dorongan eksternal untuk belajar pada seseorang.
Namun demikian, aplikasi program muatan lokal tersebut dapat tecapai dengan baik jika pendidik dan kepala sekolah dapat mengembangkannya sesuai dengan asas-asas pengembangan kurikulum yang berlaku dan dapat mengikutsertakan masyarakat sekitar dalam pelaksanaan program tersebut.Pelaksanaan muatan lokal disekolah ini tidak akan dapat berjalan lancar dan mendapatkan hasil optimal kalau tidak didukung oleh semua pihak yang ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan ,karena dalam pelaksanaan muatan lokal ada beberapa hal yang tidak mungkin dapat dilaksanakan sendiri oleh pihak disekolah,misalnya sarana-prasarana,narasumber,dan juga biaya. Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaannya sangatlah diharapkan. Dengan kata lain, sekolah harus dapat memanfaatkan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.

C. Kedudukan Muatan Lokal dalam Kurikulum Nasional
Sebagaimana dijelaskan diatas, pendidikan harus berorientasi kepada lingkungan atau daerah, yaitu dengan cara melaksanakan program muatan lokal. Muatan lokal adadalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam,sosial budaya, dan wajib dipelajari peserta didik didaerah itu. Dengan demikian,kedudukan muatan lokal dalam kurikulum bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi mata pelajaran terpadu, yaitu menjadi bagian mata pelajaran yang sudah ada. Oleh karena itu, muatan lokal tidak mempunyai alokasi waktu sendiri.
Muatan lokal diberikan secara terpadu dengan muatan inti atau nasional. Dalam mata pelajaran tertentu, seperti kesenian pendidikan olahraga dan kesehatan, serta pendidikan keterampilan,muatan lokal dapat diberikan sebagai bagian dari mata pelajaran itu dengan menggunakan waktu yang telah disediakan bagi mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian,muatan lokal dipakai untuk menerjemahkan pokok bahasa atau subpokok bahasan dalam GBPP agar lebih relevan dengan minat belajar dan lebih efektif dalam mencapai tujuan nasional. Dalam kaitannya dengan komponen kurikulum, muatan lokal juga berposisi sebagai komponem kurikulum. Muatan lokal adalah bahan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar yang dianggap penting oleh pendidik atau masyarakat sekitar untuk dipelajari oleh anak didik sebagai komponem kurikulum. Muatan lokal merupakan media penyampaian bahan muatan lockal, itulah sebabnya, kedudukan muatan lokal dalam kurikulum berupa materi dan media penyampaiannya.
Muatan lokal dalam kurikulum dapat menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri atau menjadi bahan kajian suatu mata pelajaran yang ada sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, muatan lokal mempunyai alokasi waktu tersendiri. Tetapi, sebagai bahan kajian mata pelajaran, muatan lokal bisa sebagai tambahan bahan kajian yang telah ada. Karena itu, muatan lokal bisa mempunyai alokasi waktu sendiri dan bisa juga tidak. Muatan lokal sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri tentu dapat diberikan alokasi jam pelajarannya. Misalnya, mata pelajaran bahasa daerah, pendidikan kesenian, dan pendidikan keterampilan. Demikian pula, muatan lokal sebagai kajian tambahan dari bahan kajian yang telah ada atau sebagai satu pokok bahasan atau lebih yang dapat diberikan alokasi waktunya. Tetapi, muatan lokal sebagai bahan kajian yang merupakan penjabaran yang lebih mendalam dari pokok bahasan atau subpokok bahasan yang telah ada, sukar untuk diberikan alokasi jam pelajaran tersendiri. Bahkan muatan lokal berupa disiplin di sekolah, sopan santun berbuat, berbicara, kebersihan serta keindahan sangat sukar, bahkan tidak mungkin diberikan alokasi waktu.
D.    Fungsi Muatan Lokal dalam Kurikulum Nasional
Sebagai komponen kurikulum, muatan lokal dalam kurikulum secara keseluruhan memiliki fungsi sebagai berikut:
1.     Fungsi penyusuaian
Dalam masyarakat, sekolah merupakan komponen sebab sekolah berada dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, program sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan daerah masyarakat. Demikian juga peribadi-peribadi yang ada dalam sekolah yang hidup dalam lingkungan masyarakat, sehingga perlu diupayakan agar setiap peribadi dapat menyesuaikan diri dan dan akrab debgan daerah lingkungannya.
2.     Fungsi integrasi
Peserta didik adalah bagian integral dari masyarakat sehingga muatan lokal merupakan program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik, membentuk, dan mengintegrasikan pribadi peserta pendidik dengan masyarakat.
3.     Fungsi perbedaan
Peserta didik yang satu dengan yang lain berbeda. Pengakuan atas perbedaan berarti memberi kesempatan bagi setiap pribadi untuk memilih apa yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya. Muatan lokal adalah suatu program pendidikan yang luwes, yaitu program yang pengembangannya disesuaikan dengan dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik, lingkungan, dan daerahnya. Hal ini bukan berarti muatan lokal akan mendidik setiap pribadi yang individualistik, akan tetapi muatan lokal harus dapat berfungsi untuk mendorong dan membentuk peserta didik ke arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.

KETERAMPILAN BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sebuah proses belajar mempunyai unsur-unsur yang penting di dalamnya yang berpengaruh terhadap hasil belajar itu sendiri. Dalam suatu proses belajar pasti ada hambatan-hambatan dan masalah yang dihadapi oleh siswa. Masalah-masalah tersebut dapat diminimalisir dengan berbagai cara atau metode. Salah satunya adalah dengan cara menguasai keterampilan-keterampilan belajar.
Keterampilan belajar dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam aspek terpenting dalam belajar; pertama untuk lebih memahami konsep  belajar untuk belajar, dan yang kedua menekankan implikasi praktis dari konsep tersebut pada aplikasi nyata dalam aktivitas sehari-hari seperti proses belajar mengajar, training, konseling, pengembangan program dan melaksanakan program di dalam lingkup akademik (Djamal, 2006 : 10).
B.      Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari keterampilan belajar?
2. Bagaimana penerapan keterampilan belajar dalam BK?
C.      Tujuan
1. Mampu memahami konsep dasar keterampilan belajar.
2. Dapat menerapkan keterampilan belajar dalam layanan BK di sekolah.
D.      Manfaat
Untuk memberikan pengetahuan mengenai keterampilan belajar serta penerapannya dalam bimbingan dan konseling. Selain itu, karya ilmiah ini bermanfaat untuk para konselor sebagai salah satu acuan untuk mengevaluasi diri mengenai proses belajar yang biasa dilaksanakan kepada siswa. Serta, untuk dijadikan bahan memecahkan permasalahan yang sejenis.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      KONSEP DASAR KETERAMPILAN BELAJAR
1. Pengertian Keterampilan Belajar
Definisi tentang keterampilan belajar seringkali didasarkan pada daftar keterampilan yang spesifik seperti mengorganisasi, memproses, dan menggunakan informasi yang diperoleh dari aktivitas membaca (Salinger, 1983). Barangkali definisi paling baik digunakan untuk menjelaskan keterampilan belajar adalah suatu keterampilan yang dapat mengembangkan kemandirian siswa dalam belajar (Dean, 1977 dalam Maher & Zins, 1987) Moh. Surya (1992 : 28) mengungkapkan bahwa keterampilan merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat neuromuscular, artinya menuntut kesadaaran yang tinggi. Dibandingkan dengan kebiasaan, keterampilan merupakan kegiatan yang lebih membutuhkan perhatian serta kemampuan intelektualitas, selalu berubah dan sangat disadari oleh individu.
Secara khusus, keterampilan belajar merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh, mempertahankan, serta mengungkapkan pengetahuan dan merupakan cara untuk menyelesaikan persoalan (Marshak & Burkle, 1981 dalam Maher & Zins, 1987). Dalam memperoleh keterampilan belajar, siswa akan menyadari bagaimana cara belajar yang terbaik sehingga menjadi lebih bertanggungjawab terhadap kegiatan belajarnya.
2.     Hakikat Keterampilan
Hakikat keterampilan belajar meliputi empat unsur utama yaitu:
a.      Transformasi Persepsi Belajar
Dalam berbagai hal guna meningkatkan keahlian belajar dalam basic skills (membaca, menulis dan mendengar) ataupun dalam menangani rasa takut dan kecemasan. Transformasi ini tidak hanya melatih kemampuan kognitif saja akan tetapi juga meliputi domain afektif dan psikomotorik dari setiap orang. Sehingga mampu menunjukkan pemahaman tentang keterampilan dan strategi belajar yang diperlukan untuk sukses di sekolah.
b.     Keterampilan Manajemen Pribadi
Kemampuan menerapkan pengetahuan keterampilan belajar dan kekuatan (potensi) belajar yang dimilikinya untuk mengembangkan strategi guna memaksimalkan dan meningkatkan pembelajaran sehingga dapat meraih kesuksesan belajar di sekolah menengah.
c.      Interpersonal Dan Keterampilan Kerjasama Tim
Kemampuan mengidentifikasi dan menjelaskan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam hubungan interpersonal dan kerjasama tim. Selain itu, juga menunjukkan kemampuan yang tepat untuk menerapkan keterampilan interpersonal dan kerjasama tim dalam berbagai lingkungan belajar.
d.     Kesempatan Eksplorasi
Mengembangkan portofolio dokumen yang terkait dengan penilaian diri, penelitian, dan ekplorasi karir yang diperlukan untuk merencanakan jalur untuk keberhasilan sekolah menengah.
Keempat unsur itu merupakan ciri keterampilan belajar yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran keterampilan belajar keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses internalisasi keterampilan belajar di dalam sikap belajarnya secara utuh dan sempurna sehingga dapat mengurangi kemungkinan kebuntuan dalam belajar (learning shutdown).
3.     Tujuan Penerapan Keterampilan Belajar
Tujuan penerapan keterampilan belajar adalah sebagai berikut:
1)     Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
2)     Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
3)     Membentuk peserta didik yang mandiri dalam belajar.
4.     Karakteristik Siswa yang Memiliki Keterampilan Belajar
Beberapa karakteristik siswa yang memiliki keterampilan belajar, antara lain :
a.      Percaya diri (Self-Esteem)
b.     Tidak menyandarkan diri pada orang lain (independence)
c.      Mampu merekonstruksi belajar sesuai dengan dirinya (mengorganisasi belajar)
d.     Mampu berinisiatif sendiri
e.      Bertanggung jawab (responsibility)
f.      Mampu berpikir logis dalam mengarahkan tujuan belajar
g.     Mempunyai kemampuan fleksibilitas dan adaptabilitas yang tinggi terhadap lingkungan
h.     Selalu mempunyai gagasan baru (kreatif)
5.     Aspek-aspek Keterampilan Belajar
                   a.        Cara Mengatur Waktu dan Lingkungan
Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Manajemen waktu bertujuan kepada produktifitas yang berarti rasio output dengan input.
Cara-cara mengatur waktu:
a)     Membuat daftar “kerjaan”.
b)     Membuat jadwal harian/mingguan.
c)     Merencanakan jadwal yang lebih panjang (bulanan).
d)     Belajarlah dengan rutin setiap hari tetapi degan frekuensi waktu yang tidak terlalu lama.
e)     Atur waktu belajar sekitar 5-10 menit saja.
f)      Dahulukan pelajaran yang dianggap sulit.
Cara-cara mengatur lingkungan:
1.     Sebelum kegiatan belajar dimulai, lingkungan fisik hendaknya ditata sehingga tampak menyenangkan.
2.     Buku, jurnal, majalah, surat kabar, atau media lain, yang hendak dijadikan sebagai sumber belajar perlu ditempatkan di dekat kegiatan belajar peserta didik.
                   b.        Cara Mengikuti Pelajaran
Cara-cara mengikuti pelajaran adalah:
1.     Niat
Semenjak melangkahkan kaki meninggalkan rumah pergi ke sekolah, siswa harus sudah berniat dan membulatkan tekad untuk mencari ilmu yang tidak lupa diiringi dengan doa. Dengan niat yang kuat dan dilandasi dengan doa menurut agama masing-masing, akan memperoleh hasil belajar yang baik.
2.     Kemauan yang kuat
Kemauan adalah modal yang penting dalam belajar, maka dengan kemauan belajar yang kuat dan usaha yang keras akan diperoleh hasil yang lebih baik. Kemauan yang tidak diiringi dengan usaha adalah separuh dari kegagalan. Oleh sebab itu, pelajar yang ingin sukses dalam belajar harus siap siaga dan tak gentar menghadapi rintangan dan kesulitan.
3.     Perhatian
Seorang pelajar harus dapat memfungsikan alat pengindraannya sebaik mungkin untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Ia harus pandai menyikapi mana yang dianggap penting dan mana yang harus banyak diulang.
4.     Konsentrasi
Konsentrasi berarti pemusatan pikiran dan perasaan pada suatu masalah. Dalam hal ini, seorang pelajar dalam belajar harus bisa memusatkan perhatiannya pada masalah pelajaran yang sedang dihadapi.
5.     Apersepsi
Apersepsi adalah mempersiapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada untuk menerima hal-hal dan pengetahuan yang baru sehingga dalam kegiatan belajar mengajar dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
6.     Catatan
Catatan ada 2 macam :
a.      Catatan resmi adalah catatan mengenai apa yang dituliskan oleh guru sebagai rangkuman materi pelajaran yang telah disajikan.
b.     Catatan tidak resmi adalah catatan hasil jerih payah seorang pelajar untuk memperoleh poko-pokok, inti, isi atau kesimpulan materi pelajaran yang telah dipelajari.
7.     Bertanya
Dengan bertanya materi pelajaran yang disajikan oleh guru akan menjadi lebih jelas. Oleh sebab itu, apabila belum ada kejelasan dari keterangan guru hendaklah berani bertanya.
                   c.        Cara Membaca Buku Teks
Ada banyak metode membaca, metode ini merupakan hasil riset dari para ilmuwan tentang cara membaca yang efektif. Salah satunya adalah metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review). Metoda SQ3R memberikan strategi yang diawali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul/subjudul suatu bab dan dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan.
Ada lima tahapan proses dalam membaca dengan metode SQ3R ini, yaitu:
1.     Survey atau meninjau
Baca Judul - Baca Pendahuluan – Baca Kepala Judul/Subbab – Perhatikan Grafik, Diagram – Perhatikan Alat Bantu Baca.
2.     Question atau bertanya
Setelah kerangka pemikiran suatu bab diperoleh, mulai perhatikan kepala judul/subbab yang biasanya dicetak tebal. Perhatikan kepala judul ini satu per satu dan ubah kepala judul ini jadi beberapa pertanyaan.
Tulislah pertanyaan-pertanyaan itu pada suatu kolom dengan lebar 1/3 halaman kertas dan kolom sisanya untuk jawaban yang diperoleh selama membaca. Misalkan kita membaca buku tentang “Belajar di SMA” dan kepala judulnya adalah “Manfaatkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolahmu”. Pertanyaan yang dapat kita mundulkan adalah “Mengapa kita harus memanfaatkan kegiatan ekstrakurikuler?” dan “Bagaimana caranya kita bisa ikut terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler?”.
3.     Read atau membaca
Bacalah suatu subbab dengan tuntas jangan pindah ke subbab lain sebelum kita menyelesaikannya. Pada saat membaca, kita mulai mencari jawaban pertanyaan yang kita buat pada Question. Tuliskan jawaban yang kita peroleh dengan dengan kata-kata sendiri di kertas yang pada 2/3 kolom yang disiapkan. Dan jangan membaca di tempat tidur.
4.     Recite atau menuturkan
Cara melakukan Recite adalah dengan melihat pertanyaan-pertanyaan yang kita buat sebelum membaca subbab tersebut dan cobalah jawab pada selembar kertas tanpa melihat buku.
5.     Review atau mengulang
Proses ini dapat dilakukan dengan membaca ulang seluruh subbab, melengkapi catatan atau berdiskusi dengan teman. Cara Review yang terbukti efektif adalah dengan menjelaskan kepada orang lain.
                   d.        Cara Membuat Ringkasan
Ringkasan merupakan sekumpulan berbagai informasi untuk mempermudah pemahaman. Ringkasan memiliki banyak pengertian, diantaranya ringkasan (Precis yang berarti memotong atau memangkas) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk singkat. Sedangkan menurut Asmi (2004), Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat.\
Cara-cara membuat ringkasan yang baik diantaranya:
1.     Bacalah bahan pelajaran secara ringkas. Dalam hal ini kita perlu memperoleh gambaran isi materi secara garis besar.
2.     Membaca uraian materi secara cermat. Dalam hal ini dituntut untuk mengetahui dan menemukan gagasan utama pada setiap paragraf.
3.     Berilah tanda dan catatlah kalimat yang mengandung pokok pikiran dan gagasan utama.
4.     Mulailah menyusun ringkasan. Catatan gagasan utama dikembangkan lagi. Keterangan dari gagasan utama tersebut diuraikan dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami.
5.     Menyusun ringkasan ke dalam suatu skema. 
                   e.        Penggunaan Sumber-Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Berdasarkan pengertian di atas, sumber belajar terbagi atas enam jenis:
1)     Sumber berupa pesan (informasi, bahan ajar, cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya),
2)     Manusia (guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya),
3)     Bahan (buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya),
4)     Peralatan (perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya),
5)     Teknik/metode (disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya),
6)     Lingkungan/setting (ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya).
Secara garis besar, sumber belajar terdiri atas:
a)     Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
b)     Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Prosedur pemilihan sumber belajar adalah (1)  mempelajari kurikulum, (2) menetapkan kompetensi siswa yang hendak dicapai, (3) memilih dan menentukan materi yang akan disajikan, (4) memilih dan menentukan jenis dan sumber belajar, (5) mengembangkan sumber belajar, (6) mengevaluasi sumber belajar.
sebelum menentukan sumber belajar, guru perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
1)     Ekonomis atau biaya, apakah ada biaya untuk penggunaan suatu sumber
belajar (yang memerlukan biaya).
2)     Teknisi (tenaga), apakah guru atau pihak lain yang mengoperasikan alat
yang digunakan sebagai sumber belajar.
3)     Bersifat praktis dan sederhana, yaitu mudah dijangkau dan mudah
dilaksanakan.
4)     Bersifat fleksibel, maksudnya sumber belajar jangan bersifat kaku atau
paten tapi harus mudah dikembangkan.
5)     Relevan dengan tujuan pengajaran.
6)     Dapat membantu efisiensi dan kemudahan pencapaian tujuan pengajaran.
7)     Memiliki nilai positif bagi proses pengajaran khususnya bagi peserta didik.
8)     Sesuai dengan interaksi dan strategi pengajaran yang telah dirancang.
                    f.        Cara Menyiapkan Diri Untuk Menghadapi Tes dan Cara Mengerjakan Tes
Agar seorang siswa dapat mengerjakan tes dengan baik, maka dia harus mempersiapkan diri, baik itu persiapan secara psikologis, maupun untuk melakukan review sebelumnya. Persiapan tes dapat dilakukan dengan persiapan mental, menjaga kesehatan tubuh, dan percaya pada kemampuan diri sendiri.
Belajar-Pasca Belajar
Beberapa hal yang dapat dilakukan selama maupun setelah belajar, diantaranya
·       Review catatan segera setelah pembelajaran di kelas,
·       Review catatan dengan singkat sebelum masuk pembelajaran di kelas berikutnya,
·       Jadwalkan waktu yang agak lama untuk review catatan tersebut secara periodik.
Mengantisipasi Soal Ujian
Siswa dapat mengantisipasi soal ujian dengan mengira-ngira soal yang akan keluar dengan:
·       Perhatikan setiap pedoman belajar (poin utama, bab, subbab, handsout, dll.)
·       Pelajari soal-soal ujian sebelumnya atau dapat mempelajari soal-soal Latihan Mandiri (LM)
·       Berdiskusilah dengan teman untuk menebak kira-kira soal apa yang akan keluar dalam ujian.
Tips Saat Ujian                                                             
Saat pelaksanaan ujian dapt dilakukan:
·       Datang dengan persiapan yang matang dan lebih awal.
·       Tenang, percaya diri, sudah siap sedia, dan akan mengerjakan ujian dengan baik.
·       Preview soal-soal ujian dulu (terutama untuk soal uraian atau yang memiliki waktu yang cukup banyak), luangkan 10% waktu untuk membaca soal lebih mendalam.
·       Jawab soal-soal ujian secara stretegis, dengan mulai menjawab pertanyaan yang mudah, kemudian dengan soal-soal yang sukar.
·       Ketika mengerjakan soal-soal pilihan ganda, etahuilah jawaban mana yang harus dipilih/ditebak.
·       Ketika mengerjakan soal ujian esai/uraian, pikirkan dulu jawabannya sebelum menulis.
·       Sisihkan 10% waktu ujian untuk memerikasa ulang jawaban yang telah dikerjakan.
·       Analisa hasil ujian, setiap ujian dapat membantu dalam mempersiapkan diri untuk ujian selanjutnya.

B.    PENERAPAN KETERAMPILAN BELAJAR DALAM BK
Dalam bimbingan konseling, konselor dapat menerapkan bimbingan belajar untuk mengembangkan keterampilan belajar dengan melaksanakan bimbingan belajar. Bimbingan belajar menurut Yusuf (2009) adalah bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar dan memecahkan masalah-masalah belajar. Sedangkan menurut Yusuf, Nurikhsan (2006) mengartikan bahwa bimbingan belajar adalah sebagai bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah belajar. Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap :
                           a.        Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar
                           b.        Pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar
                           c.        Pemberian bantuan pengentasan masalah
Langkah-langkah yang ditempuh dalam bimbingan:
a)     Menentukan masalah
b)     Pengumpulan data
c)     Analisis data
d)     Diagnosis
e)     Prognosis
f)      Treatment/terapi
g)     Tindak lanjut/follow up
Dalam bimbingan belajar, keterampilan belajar amat penting untuk diterapkan. Berbagai cara belajar yang dimiliki, akan sangat mendukung para konselor mengembangkan kemampuan dan potensi para siswa khususnya pada bidang akademik dengan menerapkan berbagai keterampilan belajar ini. Meskipun demikian, keterampilan belajar perlu didukung oleh program bimbingan untuk dapat mengembangkan keterampilan belajar siswa melalui:
1.     Inventarisasi tingkat penguasaan keterampilan belajar siswa,
2.     Sikap dan kebiasaan belajar siswa,
3.     Pengetahuan yang memebantu siswa mengembangkan potensi diri dengan mengembangkan keterampilan belajar.
4.     Peran konselor sekolah sebagai ahli yang memiliki kemampuan memandirikan siswa
5.     Mampu menuangan atau memberdayakan semua potensi sekolah ke dalam pengembangan program bimbingan dan konseling sekolah.

                                                            BAB III                                          
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan belajar adalah suatu keterampilan yang spesifik seperti mengorganisasi, memproses, dan menggunakan informasi yang diperoleh dari aktivitas belajar seperti membaca yang dapat mengembangkan kemandirian siswa dalam belajar. Cara menerapkan keterampilan belajar adalah dengan melaksanakan bimbingan belajar. Hal tersebut akan sangat mendukung para konselor mengembangkan kemampuan dan potensi para siswa khususnya pada bidang akademik dengan menerapkan berbagai keterampilan belajar.



DAFTAR PUSTAKA
Admin.(2012). Fungsi Sumber Belajar dan Penggunaan Sumber Belajar. Diunduh pada 15 April 2013 pukul 20.42 WIB dari  (http://downloadgratisarea.blogspot.com/2012/10/fungsi-sumber-belajar.html).
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono.2004.Psikologi Belajar.Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Anggun.(2012). Keterampilan-Keterampilan Belajar. Diunduh pada 14 April 2013 13.33 WIB dari (http://goenable.wordpress.com/2012/01/05/keterampilan-keterampilan-belajar/).
Bimbingan dan Konseling. (2010). Cara Efektif Membaca Buku Teks dengan Teknik SQ3R. Diunduh pada 14 April 2013 pukul 13.09 WIB dari (http://piagetclassblog.blogspot.com/2010/10/bimbingan-belajar-cara-efektif-membaca.html).
Idrus, Shofiyah Al. Sumber Belajar. Diunduh pada 15 April 2013 pukul 20.42 WIB dari (http://blog.um.ac.id/shofiyahalidrus/edukasi/sumber-belajar/).
Larasati, Rena. (2011). BAB II KONSEP KETERAMPILAN BELAJAR DAN PROGRAM BIMBINGAN. Diunduh pada 14 April 2013 pukul 12.50 WIB dari (http://repository.upi.edu/operator/upload/s_bk_054870_chapter2.pdf).
Maulana, Fachri L. (2012). Cara Membuat Ringkasan yang baik. Diunduh pada 15 April 2013 pukul 20.43 WIB dari (http://fachrimaulana.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-ringkasan-yang-baik.html).
Munir, Misbahul. (2012). Tips Mengatur Waktu Belajar. Diunduh pada 14 April 2013 pukul 12.51 WIB dari (http://www.recycl3r.com/2012/10/tips-mengatur-waktu-belajar.html).
Nugroho, Agung. (2011). Cara Mengikuti Pelajaran. Diunduh pada 14 April 2013 pukul 12.53 WIB dari (http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/CARAMENGIKUTIPELAJ_agungnugroho_13059.pdf).
Prayitno dan Erman Amti. 2008. DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Rifa’i, Achmad dan Catharina. 2012. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Semarang: UPT UNNES PRESS.
Setya, Ningsih. (2011). Cara Mengikuti Pelajaran. Diunduh pada 14 April 2013 pukul 12.53 WIB dari (http://ningsihsetya99.wordpress.com/2011/03/01/cara-mengikuti-pelajaran/).
Syaputra, Elnino. (2013). Bimbingan Belajar dalam Bimbingan Konseling. Diunduh pada 16 April 2013 pukul 08.45 WIB dari (http://ewintribengkulu.blogspot.com/2013/04/pengertian-bimbingan-belajar.html).